PEMBELAJARAN DALAM PERILAKU ORGANISASI (2)


  • TEORI PEMBELAJARAN

 

Bagaimana kita belajar? Tiga teori telah dikeniukakan untuk menjelaskan proses itu yang dengannya kita mengenali pola-pola perilaku. Teori-teori tersebut adalah pengkondisian klasik (classical conditioning), pengkondisian operant (operant conditioning), dan pembelajaran sosial (social learning).

 

PENGKONDISIAN KLASIK             Pengkondisian klasik tumbuh dari eksperimen untuk mengajari anjing mengeluarkan liur sebagai respon dari berderingnya bel, yang dilakukan oleh seorang psikolog Rusia, Ivan Pavlov, pada peralihan abad ke-20. Prosedur bedah sederhana memungkinkan Pavlov mengukur dengan tepat banyaknya air liur yang dikeluarkan seekor anjing. Ketika Pavlov menyajikan sepotong daging kepada anjing itu, anjing itu memperlihatkan peningkatan pengeluaran liur yang dapat dicatat. Ketika Pavlov meniadakan penyajian daging dan hanya membunyikan bel, anjing itu tidak mengeluarkan liur. Kemudian Pavlov melangkah lebih lanjut dengan mengkaitkan daging dan dering bel. Setelah berulang-ulang mendengar bunyi bel sebelum mendapatkan makanan, anjing mulai mengeluarkan liur segera setelah bel berbunyi. Setelah beberapa lama, anjing akan mengeluarkan liur semata-mata karena

bunyi be!, bahkan jika tidak disodori makanan. Jadi, anjing itu telah belajar merespon bunvi bel, yakni dengan mengeluarkan liur. Mari kita kaji eksperimen ini untuk memperkenalkan konsep-konsep kunci dalam pengkondisian klasik.

 

Daging tersebut merupakan rangsangan tak terkondisi atau rangsangan tak bersyarat; daging selalu menyebabkan anjing itu bereaksi dalam cara yang khusus. Reaksi yang berlangsung bilamana rangsangan tak terkondisi terjadi disebut respon tak terkondisi (atau dalam kasus ini, peningkatan pengeluaran liur vang dapat dicatat). Bel merupakan rangsangan buatan, atau apa yang kami sebut sebagai rangsangan terkondisi. Meski pada awalnya netral, setelah bel itu dipasangkan dengan daging

rangsangan tak terkondisi), akhirnya menghasilkan respon bila disajikan sendiri. Konsep kunci yang terakhir adalah respon terkondisi. Ini menggambarkan perilaku anjing yang mengeluarkan liur sebagai reaksi terhadap bel saja.

 

Dalam organisasi, kita juga dapat melihat beroperasinya pengkondisian klasik. Misalnya, pada pabrik manufaktur tertentu, setiap kali eksekutif puncak dari kantor pusat dijadwalkan untuk berkunjung, manajemen pabrik akan merapikan kantor administrasi dan memhersihkan jendela. Ini berlangsung selama bertahun-tahun. Pada akhirnya para karyawan akan menunjukkan perilaku mereka yang terbaik dan tampak prima serta benar bilamana jendela dibersihkan, bahkan jika sekali peristiwa ketika pembersihan itu tidak dikaitkan dengan kunjungan pejabat puncak. Orang telah belajar untuk mengaitkan pembersihan jendela dengan kunjungan dari kantor pusat.

 

PENGKONDISIAN OPERANT        Pengkondisian operant berpendapat bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensi. Orang belajar berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan. Perilaku operant berarti perilaku sukarela atau yang dipelajari sebagai lawan dari periiaku refleksif atau tak dipelajari. Kecenderungan untuk mengulangi perilaku semacam itu dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penguatan (reinforcements) yang dihadirkan oleh konsekuensi-konsekuensi perilaku tersebut. Oleh karena itu, penguatan mengukuhkan perilaku tertentu dan meningkatkan kemungkinan perilaku itu akan diulangi.

 

Apa yang dilakukan Pavlov untuk pengkondisian klasik, dilakukan pula oleh psikolog Harvard, B.F. Skinner, untuk pengkondisian operant. Skinner perpendapat bahwa dengan menciptakan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikuti ragam-ragam perilaku yang khusus, frekuensi perilaku tersebut akan meningkat. Orang akan paling suka terlibat dalam perilaku yang diinginkan jika mereka dikuatkan secara positif untuk melakukan hal itu. Hadiah akan sangat efektif jika segera diberikan menyusul respon yang diinginkan. Di samping itu, perilaku yang tidak diberi penghargaan akan lebih kecil kemungkinannya untuk diulang. Demikian pula perilaku yang diberi hukuman.

 

Anda menyaksikan ilustrasi-ilustrasi atas pengkondisian operant di semua tempat. Misalnva, setiap situasi di mana dinyatakan secara eksplisit atau disampaikan secara implisit bahwa penguatan yang bersifat bergantung [kontingen] terhadap sesuatu tindakan Anda melibatkan penggunaan pembelajaran operant. Instruktur Anda mengatakan bahwa jika Anda ingin nilai tinggi dalam kuliah Anda harus member iawaban yang benar. Penjual yang ingin memperoleh penghasilan dari komisi yang cukup besar mengetahui bahwa penghasilan itu bergantung [kontingen] pada penjualan yang tinggi di wilayahnya. Tentu saja, kaitan itu dapat juga berhasil mengajari individu tersebut untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kepentingan utama organisasi. Andaikan atasan Anda mengatakan kepada Anda bahwa jika Anda mau bekerja lembur selama musim sibuk tiga-pekan, Anda akan diberi imbalan atas lembur itu pada penilaian kinerja berikutnya. Tetapi ketika penilaian kinerja itu tiba, ternyata Anda tidak diberi penguatan yang positif atas kerja lembur Anda. Lain kali atasan Anda meminta Anda bekerja lembur, apa yang akan Anda lakukan? Agaknya Anda akan menolak! Perilaku Anda dapat dijelaskan oleh pengkondisian operant: Jika perilaku tertentu tidak mendapat penguatan secara positif, merosotlah kemungkinan bahwa perilaku itu akan diulang.

 

Pembelajaran Sosial       Individu-individu juga dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada orang lain dan dengan sekedar diberitahu mengenai sesuatu, maupun dengan mengalami secara langsung. Jadi, misalnya, banyak dan apa yang telah kita pelajari berasal dari menonton model-model orang tua, guru, teman sekerja, aktor-aktor di bioskop dan televisi, atasan, dan seterusnya. Pandangan bahwa kita dapat belajar baik lewat pengamatan maupun pengalaman langsung ini telah disebut sebagai teori pembelajaran-sosial.

 

Walaupun teori pembelajaran-sosial merupakan perpanjangan dari pengkondisian operant – yakni, teori itu mengasumsikan perilaku sebagai fungsi dari konsekuensi – teori itu juga mengakui eksistensi pembelajaran observasional dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran. Orang-orang menanggapi cara mereka membuat persepsi dan mendefinisikan konsekuensi-konsekuensi, bukan pada konsekuensi objektif itu sendiri.

Pengaruh model merupakan inti pandangan pembelajaran-sosial. Telah ditemukan empat proses yang menentukan pengaruh model pada individu:

  1. Proses perhatian. Orang belajar dari model tertentu hanya ketika mereka mengenali dan menaruh perhatian pada fitur penting yang menentukan. Kita cenderung sangat terpengaruh oleh model-model yang menarik, muncul berulang-ulang, penting bagi kita, atau serupa dengan kita menurut perkiraan kita.
  2. Proses retensi. Pengaruh model tertentu akan bergantung pada betapa baik individu mengingat tindakan model itu setelah model itu tidak ada lagi.
  3. Proses reproduksi motor. Setelah seseorang melihat perilaku baru dengan mengamati model itu, pengamatan itu akan berubah menjadi perbuatan. Maka proses ini memperlihatkan bahwa individu tersebut dapat melakukan kegiatan model itu.
  4. Proses penguatan. Individu-individu akan termotivasi untuk memperlihatkan perilaku bermodel tertentu jika disediakan rangsangan positif atau hadiah. Perilaku-perilaku yang dikuatkan melalui mekanisme positif akan lebih banyak mendapat perhatian, dipelajari secara lebih baik, dan lebih sering dilakukan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *